Ada yang bilang hidup itu "sawang sinawang". Versi lengkap kalimat filosofi Jawa ini adalah "urip iku mung sawang sinawang, mula aja mung nyawang sing kesawang". Terjemahan kasarnya kira-kira: "Hidup itu hanya memandang dipandang, maka jangan hanya memandang apa yang terlihat di luar saja".
Di masa sosial media yang masif ini mungkin memperbesar peluang untuk membandingkan pencapaian diri kita dengan pencapaian orang lain. Sebab dewasa ini kecenderungan orang adalah mengunggah foto atau video apapun pencapaiannya di sosial media. Saya tidak akan bilang itu salah atau benar. Di sini saya lebih suka melihat dari sudut pandang orang yang melihat (memandang). Apakah kita menjadi iri dengki, termotivasi, apresiasi atau yang lainnya. Jangan hanya kita ngedumel misal orang lain mendapat nilai lebih bagus, wisuda duluan atau naik jabatan lebih cepat dibanding kita, dengan merasa usaha yang kita lakukan dengan orang itu sama. Perasaan di luar jam kuliah atau kerja kita sering melakukan kegiatan yang sama, bahkan malam pun kita nongkrong bareng. Padahal kita tidak tahu, setelah nongkrong malam bisa saja orang itu lanjut belajar sedangkan kita langsung tidur.
Selain itu, kita juga tidak tahu pengorbanan apa saja yang sudah dilakukan untuk pencapian itu. Pasti tidak hanya waktu. Untuk sebuah pencapain naik jabatan bagi seorang karyawan yang sudah berumah tangga dan memiliki anak, bisa saja dia mengorbankan kebersamaan bersama keluarga demi sebuah target di urusan kerjaan.
Lain lagi untuk sawang sinawang dalam urusan rumah tangga. Bagi yang belum menikah memandang yang sudah menikah, "Wah enak ya apa-apa sudah dilayani istri, sudah ada partner yang bisa diajak ngobrol dan berkeluh kesah". Di sisi lain bagi yang sudah menikah memandang temannya yang masih melajang, "Wah enak kali dia masih bisa bebas melakukan hobinya atau nongkrong dimana saja. Aku mau sekedar ngopi ke warung sebelah aja susahnnya minta ampun, karena kudu bantu istri atau jaga anak (bagi yang sudah memiliki anak). Meski orang yang menikah ini terkadang mengejek kawan lajangnya ini untuk segera menikah, padahal dia rindu kembali ke masa-masa lajangnya dulu. Makanya hidup ini memang "sawang sinawang".
Emoticon